Books ”THE BLUE DIARY OF MUMBAI”
Judul Asli : THE BLUE NOTEBOOK
Copyright © 2009 by James
Andrew Levine, M.D., Ph.D.
Penerbit Salamadani
Alih Bahasa : Nuraini
Mastura
Editor : Endah Wijayanti
Desain sampul : Tyo
Cetakan I : September
2012 ; 344 hlm
“Namaku Batuk. Aku seorang gadis lima belas tahun yang tinggal di Jalan Umum di Mumbai. Aku sudah tinggal di sini selama 6 tahun dan aku diberkahi dengan kecantikan dan sebatang pensil.”
Saat memilih buku ini
dari rak etalase di toko buku, bayanganku tentang drama perjuangan anak gadis
yang terseret dalam dunia pelacuran di wilayah India, menggugah
keingin-tahuanku, apalagi sang penulis juga terkenal sebagai aktifis sosial
dalam perjuangan hak-hak manusia di kawasan Asia, namun sembari membaca halaman
demi halaman, sungguh sebuah kesan mendalam sekaligus mengerikan dan menyentuh,
mewarnai sepanjang kisahnya dari awal hingga akhir.
Ditulis dengan sudut
pandang orang pertama, kisah ini merupakan jurnal pribadi gadis bernama Batuk,
yang berasal dari keluarga miskin di wilayah India. Dilahirkan dari pasangan
suami-istri yang berjuang mencari nafkah namun tak mampu mengimbangi dan
memenuhi kebutuhan keluarga yang semakin membesar, Batuk adalah salah gadis
yang memiliki keistimewaan. Bukan saja ia memiliki paras yang cukup elok, ia
juga memiliki kecerdasan serta kemauan keras demi memperoleh Impiannya di dalam
dunia yang serba kekurangan dan penuh dengan kepahitan dan hal-hal negatif.
![]() |
[ source ] |
Pada usia 9 tahun, ia
dibawa oleh sang ayah yang sangat menyayanginya, namun tak memiliki keberanian
melawan sang istri yang pahit dan getir serta menyalahkan anak-anak gadis yang
dilahirkannya sebagai beban, hingga Batuk pun dijual ke sindikat rumah bordil
yang sangat terkenal di India. Pandangan masyarakat India terhadap kasta serta
status wanita yang dianggap berada pada posisi terendah, membuat pilihan tersebut
menjadi salah satu alternatif yang banyak dilakukan oleh keluarga miskin demi
memperoleh sejumlah uang untuk menghidupi keluarganya. Gadis cilik ini
menuturkan dengan gamblang, dengan bahasa serta kata-kata sesuai pemahamannya
sebagai gadis cilik, tentang pengalaman-pengalaman serta berbagai peristiwa
yang menyeretnya dalam dunia kelam pelacuran anak-anak yang banyak dicari oleh
orang-orang yang memiliki kelainan seksual.
Istilah ‘berhubungan
seksual’ yang diilustrasikan sebagai pekerjaan ‘membuat gula-gula’ serta
bagaimana Batuk harus belajar dengan cepat untuk ‘membuat gula-gula’ yang lebih
banyak dan menghasilkan pemasukan tinggi bagi majikannya, dengan kecerdasannya,
ia mampu menyiasati agar memperoleh pelanggan khusus yang bersedia membayar
mahal namun tidak menyiksa dirinya. Membaca halaman demi halaman, tulisan serta
penuturan Batuk yang sangat indah, sungguh membuat haru sekaligus terenyuh.
Bagaimana pandangan dirinya ketika awal memasuki dunia gelap ini,
keperawanannya dilelang pada penawar tertinggi, hingga adegan pemerkosaan yang
dialaminya, oleh sang penawar maupun oleh penguasa sindikat yang berperan
sebagai ‘penjaga’ dunia perdagangan gelap. Anak-anak yatim piatu serta anak
jalanan, hampir semuanya ditangkap secara resmi maupun tidak resmi (ada yang
diculik dan kemudian lenyap tanpa jejak) untuk dijebloskan dalam badan-badan
sosial yang sebagian besar merupakan kedok sindikat perdagangan manusia.
![]() |
[ source ] |
Batuk memiliki perbedaan,
karena meskipun ia berasal dari dunia bawah yang sangat miskin, ia pernah
memiliki kesempatan untuk belajar membaca dan menulis yang diajarkan oleh salah
satu misionaris saat ia berada di rumah sakit perawatan bagi penderita TBC.
Tiada yang mengetahui kemampuan gadis ini, hingga ia berhasil ‘mengambil’
sebuah pensil dari germo-nya, dan menulis jurnalnya secara diam-diam. Penulisan
semua curahan pikiran serta pengalaman inilah yang akan membawa Batuk pada
kehidupan yang berbeda, memberikan kesempatan bagi dunia luar mengetahui
sekilas dari kehidupan kelam sisi lain masyarakat India, terutama Mumbai yang
juga dikenal sebagai tempat wisata sex yang sangat bervariasi. Mulai
kanak-kanak, yang masih perawan hingga yang memiliki kepolosan tertentu hingga
usia remaja, pria-pria yang hanya menyukai bocah laki-laki yang ‘cantik’ sehingga
korban sodomi dan pemukulan brutal merupakan hal yang biasa.
Kekuasaan serta kekayaan
yang melimpah turut mewarnai kisah ini, namun digambarkan dari sisi yang lebih
kelam. Bagaimana jika sosok penguasa atau bahkan pejabat pemerintah bahkan
pihak kepolisian yang seharusnya berperan dalam menegakkan keadilan serta
kebenaran, justru merupakan pelanggan tetap ruang-ruang pelacuran serta
kamar-kamar hotel yang dipesan khusus untuk melakukan hiburan-hiburan terlarang
? Nyawa para pelacur cilik ini tiada harganya, mereka bisa dipanggil dan
digunakan sesuka hati, bahkan jika perbuatan yang mereka lakukan menghilangkan
nyawa para pelacur ini, sebuah tim khusus berperan untuk melenyapkan barang
bukti dan menyiapkan ‘barang-baru’ bagi pelanggan yang tak pernah terpuaskan.
Batuk yang tampak ringkih dan mungil, memiliki tekad kuat dan berusaha melawan
serta bertahan setiap jenis siksaan yang ia alami. Pengalaman nyaris mati
merupakan perjuangan yang kerap ia alami, dan setiap saat ia bertahan untuk
bangkit kembali, hingga sebuah perubahan penting terjadi pada dirinya.
![]() |
[ source ] |
Dengan ending yang cukup
mengejutkan, penulis mampu menyajikan ‘pemandangan’ yang sama sekali berbeda
akan dunia gelap yang tak pernah diungkapkan kepada dunia. Jika pun mereka
mengetahuinya, seringkali mereka memilih mengalihkan pandangan pada hal-hal
lain. Penulis yang juga dikenal sebagai aktifis serta duta kesehatan ini,
memperoleh inspirasi selama ia bertugas di India. Pengalaman pribadi dengan
sindikat rahasia di India, dialami ketika ia pertama kali datang ke India, tiba
di bandara, alih-alih menemukan sang penjemput, ia diculik oleh sindikat yang
acapkali menahan wisatawan guna meminta tebusan tinggi. Beruntunglah di saat
yang sama, pihak pemerintah India mendapat tekanan besar akibat tewasnya sandera
wisatawan asing sebelumnya, hingga ia akhirnya dibebaskan. Keterlibatan pihak
berwajib (pihak kepolisian) turut digambarkan sebagai komplotan sindikat,
sungguh sangat mengerikan. Pengalaman tersebut membuat penulis bertekad
meneruskan usahanya di India dan tetap memperjuangkan visi serta misinya di
penjuru dunia, terutama kawasan kumuh di Asia.
Tentang Penulis :
James A. Levine adalah
profesor kedokteran di Mayo Clinic. Lulusan dari Cambrige University di
Inggris, beliau berkecimpung sebagai aktivis dan duta kesehatan, peneliti,
dokter dan ilmuwan. Bukunya yang terkenal berjudul Move a Little, Loose a Lot
(terbitan Random House, 2009) merupakan panduan kesehatan serta diet yang
banyak dicari, serta beberapa karya non-fiksi lainnya. Salah satu prinsip pokok
pendekatan dalam program tersebut adalah “Hidup bukanlah soal senatiasa
memperhatikan timbangan, melainkan menjalaninya dan berjuang. Kita semua
memiliki mimpi-mimpi, dan Impian itu harus diperjuangkan secara aktif karena
itulah seni dalam Kehidupan.” [ from "Move a Little, Loose a Lot" Program ]
The Blue Notebook
merupakan novel fiksi pertama yang ditulis dan mendapat sambutan hangat dari
berbagai kalangan. Untuk info selengkapnya tentang penulis serta karya-karya lainnya, silahkan berkunjung ke : James A. Levine.
Best Regards,
judul blognya aja udah ketahuan kalo ygt punya suka bgt sama Asia Literature apalagi ada posting bareng buku2 tersebut mbak Maria pasti seneng banget :) ak lagi menjijal mbak dan ada beberapa yang aku suka :)
ReplyDeleteayuk ikutan dalam klub bukunya mbak, bisa saling berbagi bacaan :D
Deletehyaa belum pernah lihat bukunya
ReplyDeleteaq juga kebetulan pas liat di rak buku kang Tezar, asli tidak tertarik sama covernya, jadi iseng ambil, eh ternyata bagus :D
DeleteBnayak yg posting ttg India yah buat tema BBI bulan ini :D
ReplyDeletebelum sempat blogwalking >,< baru pulang acara keluar kota...
DeleteNice review. Sungguh menyenangkan membaca novel bertema sosial dan budaya partriaki yg kental di India. Disana pasti masih lebih kental daripada di Indonesia ya~
ReplyDeletebudaya dan kultural India memang lebih kental, Indonesia sebenarnya juga banyak tapi sudah banyak 'imigran' yang campuran jadi budaya asli sudah tidak kentara.
DeleteWoooww!!! Kisah yang menggetarkan! syram banget mbak,, aq suka buku kayak gini.. sayangnya covernya gak begutu bagus yak?
ReplyDeleteIya, semula agak ragu melihat covernya, tapi ternyata isinya bagus sekaligus bikin terharu...
DeleteSelesai membaca buku ini saya hanya terdiam. Seperti habis mendengar curhatan seorang sahabat, tidak bisa mengeluarkan kalimat yang bisa menghibur, dan hanya bisa memeluk.
ReplyDelete