Judul Asli : COIN LOCKER BABIES
Copyright © 1980 by Ryu Murakami
Penerbit : Elex
Media Komputindo
Alih Bahasa : Anin
Finia
Cetakan I :
Juni 2012 ; 554 hlm
Rate 3 of 5
“Dari tahun 1969 sampai 1975 telah ditemukan sebanyak 68 bayi yang dibuang di seluruh Jepang. Kebanyakan sudah membusuk menjadi mayat. Bayi itu dibuang setelah meninggal dan sisanya tewas di dalam loker sewaan. Bayi yang ditemukan masih hidup, kebanyakan mati setelah sampai di rumah sakit. Jadi bisa dikatakan, yang mampu bertahan hidup hanyalah mereka berdua. Mereka mampu mengalahkan ketakutan alam bawah sadar saat menghadapi kematian beberapa puluh jam setelah dilahirkan.” [ p. 11 ]
Ini adalah
kisah dua orang bayi yang ‘dibuang’ oleh ibu masing-masing segera setelah
dilahirkan, dan mereka disembunyikan di dalam loker barang di stasiun, hingga
ditemukan oleh pihak berwenang. Kikuyuki Sekiguchi ditemukan pada tanggal 18
Juli 1972 dan diberikan dalam asuhan Panti Asuhan Bunda Maria Sakura yang
ditangani oleh para biarawati.Kiku tumbuh menjadi bocah yang tampak cukup
sehat, namun tak memiliki ketertarikan pada apa pun, lebih memilih tinggal
dalam dunianya sendiri. Hingga ia bertemu dengan Hashio Mizouchi, yang kurus
dan sakit-sakitan. Keduanya menemukan kebersamaan saat mendapati mereka
merupakan dua bayi yang selamat dari pembuangan di loker sewaan. Terutama juga
karena keduanya memiliki ‘dunia’ tersendiri yang hanya ada di benak
masing-masing.
Pertumbuhan
kedua bocah yang senantiasa dalam pemantauan para biarawati yang baik hati itu,
membawa pada suatu keputusan untuk memberikan terapi khusus demi masa depan
mereka, setelah psikiater yang bertugas memeriksa keduanya, mengambil
kesimpulan bahwa tanpa bantuan khusus, baik Kiku maupun Hashi tidak akan dapat
hidup secara normal di dunia luar. Diagnosa awal kasus Kiku dan Hashi bisa
dikategorikan jenis penyakit autis yang belum terdeteksi secara lengkap, karena
banyaknya faktor yang mempengaruhi perkembangan mereka, yang bila dibiarkan
akan menjadi seorang penderita skizofrenia. Istilah ‘gangguan’ yang diderita
dapat disebut sebagai ‘simbiosis kenakak-kanakan psikosis’ – yang muncul akibat
rasa kehilangan dari penyatuan yang dialami oleh sang bayi saat ‘terpisahkan’
dari sang ibu, terutama jika dikombinasi dengan ‘trauma’ akibat pemisahan yang
tak layak.
“Dengan mengecualikan penyakit kelainan jiwa yang merupakan bawaan, penyakit saraf yang diderita bayi atau balita dapat disebabkan dua hal, yaitu hubungan dengan orangtua atau faktor lingkungan. Sama seperti fisiknya, saraf anak-anak tumbuh secara bertahap. Untuk dapat tumbuh dan berkembang, saraf memerlukan rangsangan, dorongan, suplai yang teratur dari sekelilingnya. Pada bayi biasanya akan kehilangan perasaan menyatu jika dipisahkan dari ibunya enam bulan setelah dilahirkan. Untuk mengisi kekosongan, si bayi berusaha untuk kembali ke masa-masa ketika ia masih menyatu dengan ibunya. Apabila ini terjadi, maka hal tersebut tak dapat ditangani dari luar. Dia justru akan memusuhi dunia luar yang berusaha memisahkan dirinys dengan sang ibu, bahkan ingin menghancurkannya. Setelahnya, anak itu akan menutup dirinya dalam khayalan dan daerah kekuasaannya. [ p. 9 – 11 ]
Hashi menderita
autis kreatif yang mampu menciptakan sesuatu dari daya imajinasinya yang
tinggi, meski semuanya hanya terjadi di dalam ‘dunia’ yang tersembunyi di dalam
benaknya. Sedangkan Kiku justru sebaliknya, ia merupakan penderita autis pasif,
yang cenderung menarik diri dari pergaulan maupun lingkungan sekelilingnya.
Kedua bocah yang tak saling mengenal, akhirnya dipertemukan di sebuah panti asuhan
dan dirawat secara cermat, hingga tiba saatnya mereka diadopsi oleh sepasang
suami-istri, yang diberikan informasi bahwa Hashi dan Kiku adalah dua
bersaudara. Setelah menjalani serangkaian terapi khusus (yang disembunyikan
faktanya oleh para biarawati maupun dokter yang merawat keduanya), maka Kiku
dan Hashi tampak selayaknya dua bocah normal, dibesarkan oleh dua orang tua
angkat yang meski tidak terlalu menyayangi mereka, namun berusaha sebaik
mungkin membesarkan mereka secara layak. Pertanyaannya, apakah benar mereka
telah ‘sembuh’ dan mampu hidup secara normal ?
Membaca karya
penulis Jepang, selalu ada beberapa hal yang cukup menarik untuk disimak secara
lebih dalam. Bukan saja mereka mampu mengangkat tema-tema sosial yang terjadi
pada masyarakat, namun juga menyajikannya dari sudut pandang yang acapkali
membuat ‘gerah’ pembaca karena gaya ‘blak-blakan’ dan bisa dianggap cukup
vulgar. Mulai dari Kazuo Ishiguro yang terbilang ‘halus’ dalam penuturannya,
hingga Haruki Murakami yang entah bagaimana bisa melukiskan keabsurban manusia
dengan indah meski tema yang dipilih bukanlah sesuatu yang ‘normal’. Maka Ryu
Murakami juga memiliki ciri tersendiri, yang menggambarkan lukisan imajinasi
serta permainan sudut pandang manusia yang sangat aneh, menyedihkan, sekaligus
memuakkan, namun tetap menyentuh sisi kemanusiaan. Dibandingkan dengan ‘OUT’
karya Natsuo Kirino yang juga menyoroti kebobrokan mental manusia serta
pergulatannya, maka ‘Coin Locker Babies’ terasa lebih abstrak untuk langsung
dipahami sebagai karya seni.
Satu hal
mengenai topik ‘traumatis’ yang diderita bayi atau bisa dikatakan saat masih
berupa janin dalam kandungan, diriku teringat akan diskusi dalam salah satu
episode Oprah Winfrey’s Show beberapa tahun silam, bahwa pembentukan karakter
serta sifat-sifat dominan pada bayi, sebagian besar ditentukan bagaimana
kondisi sang ibu semasa ia mengandung. Bukan sekedar menjaga kesehatan secara
fisik, namun hal terpenting yang jarang mendapat perhatian, kondisi kejiwaan,
mental dan emosi sang ibu sepanjang ia mengandung, semuanya masuk dan terserap
dalam ‘rekaman’ benak sang bayi, menunggu saat yang tepat untuk ‘keluar’ dalam
masa pertumbuhannya. Seiring dengan kemajuan tehnologi, maka kondisi kesehatan
fisik mampu dipantau dengan lebih mudah, namun secara emosional, terutama
menyangkut stress dan depresi, tak dapat dideteksi hingga hal tersebut muncul
di saat sudah cukup terlambat untuk ditangani. Dan kisah ini merupakan salah
satu contoh buah pemikiran sang penulis, bagaimana perjalanan kehidupan dua
sosok bayi yang ‘cacat’ semenjak lahir dan berusaha menemukan dunia yang tepat
bagi mereka di antara kehidupan yang beraneka ragam ‘cacat’ secara fisik maupun
emosional. It’s a world of sick-people
!!!
“Energi, yang mampu memperpanjang kemampuan hidup kedua anak ini berada di suatu tempat tertentu, dan pada suatu waktu tertentu pula, energi ini akan bergabung dengan otak besar dan meyebabkan keduanya menjadi sangat kuat sehingga tidak mampu dikontrol diri sendiri. Salah satu cara efektif yaitu dengan menidurkan energi itu. Energi itu harus disimpan di dalam dinding otak selama beberapa waktu, sampai akhirnya mereka sendiri mampu mengontrolnya. Jadi kita harus membekukan zat metabolik dan sel saraf yang sudah terlanjur mengganas. Metode pengobatan yang dikembangkan dan dipakai untuk menyembuhkan penderita skizofrenia akut sebagai obat halusinasi. Pasien seolah akan dikembalikan ke tubuh ibunya, dengan menciptakan suasana yang hening. Mereka akan diperdengarkan suara jantung manusia yang sudah diproses secara elektronik, suara jantung sang ibu yang didengar calon bayi di dalam rahim. Jantung manusia itu akan berdetak dengan volume tertentu, perantaranya bukan melalui udara tapi melalui getaran cairan tubuh. Suara itu tidak biasa kita dengar, tapi suara ini sangat kompleks untuk didengar oleh calon bayi dengan menggetarkan cairan limpa, darah, dan bermacam-macam organ tubuh. Bahkan menurut Profesor Michael Goldsmith dari Universitas Tehnologi Massachusetts, suara jantung itu sangat mirip dengan suara makhluk asing yang saling berkomunikasi ketika tertangkap oleh satelit.” [ p. 11 -12 ]
Conclusion :
![]() |
[ source ] |
When you hear
story about babies, I think everybody will have the same image on
cute-lovely-innocense little babies. And this is also the story about babies,
but not so ‘lovely’ as you would think. It’s about babies who left to die by
their own mother after childbirth. Some of them are born-dead, and the rest
just throw away in commons palaces, who in this story they all stuff-in little
locker room, lock inside until they die. But despite all the tragic incidents,
there are two survivor, two little boy baby who later named Kikuyuki Sekiguchi
and Hashio Mizouchi. As unwanted orphanage, the state puts them in the hand of
nuns who runs a catholic orphanage, where they gave the best effort to provide
child’s need just like all abandon children.
Then the story
gets interesting when this two boys, diagnose with autism in their progress of
development. To cure their illness and to prepare for their normal life in the
future, both Kiku and Hashi done several treatment, without their knowledge or
even consent, after all they just a little boy who considered ‘sick’ and ‘damage’
since child-birth. The story continue on how well their adjustment on the
treatment, and looks like they can life like normal people, specially when the
both got the same foster parents who willing to adopted both of them as
brothers. Without anybody knew, their ‘wounded’ inside their mind are just ‘sleeping’
and waiting to wake-up to make a rather different life for Kiku and Hashi.
Reading J-Lit
always gave such huge feellings and mixed results for me. Most of them puts ‘normal’
and ‘abnormal’ into the same level in human’s perspective, added with such
beautiful and grossome side by side. Some of the reading I can related and
enjoy it, and the rest are mixed between huge confusing and sickness. To gave a
rather explicit description, Ryu Murakami’s have high imagination on the theme
human’s mind, from common people until the twisted ones. If Haruki Murakami
also gave the same subject, people who not ‘normal’, it puts like ‘naturalism-picture’
so I still can understand the meaning or its characters. In ‘Coin Locker Babies’
it’s like watching something abstrack that I personally cannot divided where
the ‘normal’ or ‘abnormal’ is ... so like I said in my post above : “It’s a
world of sick-people !!!” [ so beware of all readers who not use to read such ‘explicite’
description in almost every part of this story ]
Tentang Penulis
:
Ryu Murakami,
seorang pria Renaissance yang hidup pada masa postmodern, pernah menjalani
aneka kehidupan sebagai penggebuk drum dalam sebuah grup musik rock, membuat
film yang cukup dikenal di antaranya Tokyo Decadence, hingga menjadi seorang
pembawa acara di televisi. Ia menulis novel pertamanya saat masih pelajar
sekolah, yang bukan saja memperoleh penghargaan namun juga terjual lebih dari 1
juta kopi. ‘Coin Locker Babies’ adalah salah satu karyanya yang paling
ambisius, dan menjanjikan petualang tersendiri sekaligus membiarkan daya khayal
dan imajinasi pembaca ‘berlarian’ kesana kemari.
[ more about the author and related works, just check at here : Ryu Murakami | on Goodreads | on FaceBook | on Tumblr | on IMDb ]
Best Regards,
No comments:
Post a Comment
Thank's for visiting & don't forget to leave your marks on comment form. Looking forward for your input & your next visit soon (^_^)
Terima kasih telah berkunjung & silahkan tinggalkan jejak berupa komentar, saran serta inputan. Kami tunggu kunjungan berikutnya (^_^)