Books “IMPIAN JOY”
Judul Asli : DREAMS OF JOY
Copyright © 2011 by Lisa
See
Penerbit Gradien
Mediatama
Alih Bahasa : Martha Pratana
Editor : Mariani Sutanto
& Ang Tek Khun
Desain sampul :
Heavenly-illusioniz Studio
Cetakan I : Februari 2013
; 520 hlm
Rate : 4 of 5
[ Review in Bahasa
Indonesia & English ]
“Ma, aku tidak tahu lagi siapa diriku ini. Aku juga tak bisa memahami negeri ini lagi. Negeri ini telah membunuh papa. Aku tahu, Mama akan berkata bahwa aku ini orang yang sedang kebingungan dan aku ini goblok. Mungkin Mama benar, tetapi aku harus mendapatkan jawabannya. Barangkali Negeri Cina adalah rumahku yang sesungguhnya...” [ p. 14 – 15 ]
Kisah ini dibuka dengan sepucuk
surat yang ditulis oleh Joy – gadis remaja yang baru saja mengalami tragedi
dalam kehidupannya, dan kemudian mendapati bahwa kehidupan yang selama ini
dijalaninya ternyata merupakan kebohongan semata. Joy menemukan bahwa dirinya
bukan putri kandung kedua orang tuanya. Pearl – sang ibu yang membesarkan
dirinya semenjak bayi sebenarnya adalah bibinya, sedangkan May – sang bibi
justru merupakan ibu kandung Joy, yang hamil saat remaja dengan seorang seniman
asal Cina, sebelum keduanya Pearl dan May melarikan diri ke Amerika. Ayah yang
membesarkan Joy bukanlah ayah kandungnya, namun beliau meninggal dengan
menggantung diri akibat tekanan dan ancaman dari pihak FBI yang menyelidiki
keterkaitan dirinya dengan organisasi terlarang serta pergerakan komunis dari
Cina. Penyesalan Joy serta rasa bersalah, membuatnya mengambil keputusan nekad,
ia melarikan diri dari kediamannya di Los Angeles, Amerika dan terbang menuju
negeri Cina, mencari ayah kandung yang tak pernah dikenalnya.
Tindakan Joy yang bukan
saja nekad tetapi juga dipenuhi oleh semangat membabi-buta akan kampanye
reformasi yang sedang digaungkan oleh Pemimpin Mao terhadap Republik Rakyat
Cina yang baru. Tanpa pengetahun yang mendalam, ia menuruti kata hatinya dan
bersikeras bahwa hal tersebut adalah satu-satunya jalan guna menemukan
kebahagiaan dalam kehidupannya. Perjalanan panjang dari Amerika hingga Hongkong
dan akhirnya memasuki negeri Cina yang sedang dalam situasi ‘panas’,
perjuangannya untuk menemukan pria yang merupakan ayah kandungnya, semuanya
dilakukan tanpa perbekalan apapun, hingga hal tersebut membawanya ke sebuah
desa yang merupakan proyek pemerintah yang harus dijalani oleh ayah kandungnya,
seorang seniman ternama di Cina yang masuk dalam daftar hitam gerakan komunis
saat itu.
[ source ] |
Kisah ini bergulir dengan
menampilkan perjalanan kehidupan 3 orang wanita, yaitu Joy – gadis remaja yang
naif dan memiliki temperamen tinggi serta watak keras kepala ; Pearl – sang ibu
yang membesarkan dan mengasih bayi yang diasuhnya mulai kanak-kanak hingga
remaja, menyusul dan berusaha keras mengembalikan sang putri yang menolak
dirinya, demi keselamatan jiwanya yang tak disadari telah terjerumus dalam
doktrinasi propaganda komunis ; serta May – sang bibi serta ibu kandung Joy, saudara
kandung Pearl, dimana keduanya sama-sama mencintai pria yang sama semasa remaja
di Cina, namun dirinya yang hamil oleh pria tersebut. Masing-masing pihak telah
mengorbankan sesuatu yang berharga dalam kehidupan mereka, dan kini di saat
bahaya menghadang nyawa keluarga yang mereka cintai, saat hukum serta peraturan
antara dua negara yang berbeda disertai peperangan serta propaganda
pemerintahan RRC yang baru dan ekstrem, mereka harus bersatu demi menemukan
jalan keluar dari siksaan dan kematian yang mengerikan.
Dengan latar belakang ‘The Great Leap Forward’ (Lompatan Jauh ke
Masa Depan) yang terjadi sepanjang tahun 1958 hingga tahun 1962, kisah
tentang perjuangan dan kekuatan kasih sebuah keluarga dijalin dengan sajian
yang menyentuh sekaligus mendebarkan. Kampanye serta propaganda yang dilakukan
oleh Pemimpin Mao untuk melakukan modernisasi pada perekonomian Cina dengan
harapan pada tahun 1988, Cina dapat memiliki ekonomi yang setanding dengan
Amerika, sebuah cita-cita yang baik dan memukau, dan mampu memberikan hasil
yang diminta. Sayangnya prestasi tersebut dikotori dengan pengorbanan rakyat
jelata, yang diperas tenaga dan sumber dayanya, hingga mereka mengalami masa
paceklik berkepanjangan, kelaparan dan kematian melanda, ribuan nyawa melayang
akibat permainan kotor para pejabat pemerintahan yang mencari keuntungan demi
penghargaan akan hasil panen serta kontribusi tertinggi. Kisah yang merupakan
kelanjutan dari novel sebelumnya ‘Shanghai Girls’ yang berkisah tentang
pejalanan dua orang gadis bernama Pearl dan May yang terjepit dalam suasana
perang di Shanghai, Cina, serta usaha pelarian menuju Amerika melalui jalur
pernikahan yang telah diatur, dimana keduanya telah jatuh hati pada sosok
seniman di Cina.
Sekali lagi penulis mampu
memberikan porsi yang cukup menggigit bagi masing-masing karakter, disertai
kehalusan, keindahan serta penuturan bagai membaca jurnal dari ke-3 sosok
wanita yang memiliki watak serta karakter yang berbeda-beda, terpecah belah
pada awalnya, namun pada akhirnya mereka bersatu demi satu tujuan :
menyelamatkan nyawa baru yang hadir dalam keluarga mereka – bayi mungil,
seorang calon gadis yang terjebak dalam teror serta kejaran pasukan
pemerintahan Cina. Memasuki awal-awal kisah yang menggambarkan keegoisan serta
sifat keras kepala Joy yang berbuat sekehendak hatinya, tidak terlalu
mengindahkan perbedaaan mendasar bahwa ia hidup di negara Cina, yang sama
sekali berbeda dengan Amerika. Dengan menggunakan soosk Joy, pembaca akan
dibawa pada kepandaian propaganda pemerintahan komunis Cina, yang menuntut
kehidupan sama rata – sama kedudukan – keadilan bagi semua. Tiada satu pun
orang yang boleh hidup berlebih atau menonjolkan diri, semua berkat serta
keuntungan harus dibagi bersama. Bagi seseorang yang memiliki ideologi tinggi,
kehidupan seperti ini merupakan Impian sempurna bagi Joy, dan ia menutup mata
atas segala kekurangan serta nasehat dari sang ibu yang telah jauh-jauh
menyusul bahkan bersedia menjalani kehidupan berat di Cina demi membawa pulang
kembali putrinya.
[ source ] |
Cara indoktrinasi serta
program ‘cuci-otak’ yang diterapkan pada masyarakat pedesaan sungguh menakjubkan
sekaligus mengerikan. Masing-masing tak menyadari situasi yang semakin lama
semakin berubah, bahkan ketika penderitaan semakin tak tertahankan, politik
memecah belah dan mengadu domab berhasil diterapkan hingga pihak-pihak yang berani melawan akhirnya terkalahkan bahkan
tewas di tangan sesama kenalan bahkan anggota keluarganya sendiri. Kelaparan
yang terjadi sangat mengerikan hingga membunuh dan memakan bayi-bayi terutama anak-anak perempuan (di Cina, anak
perempuan dianggap tidak berharga bahkan merupakan beban keluarga). Joy yang
telah mengecap kehidupan di Amerika
memiliki pemahaman yang berbeda, namun ketika akhirnya ia sadar, sudah
terlambat untuk melarikan diri bahkan mencoba berhubungan dengan keluarganya di
kota, karena pemerintah menutup jalur komunikasi antara desa-desa yang menjadi
korban dengan kota-kota besar. Di saat para pejabat penting dan penduduk kota
besar menikmati kenyamanan serta kenikmatan yang melimpah yang disediakan oleh
setiap tetes keringat serta darah penduduk pedesaan, dunia luar hanya
mengetahui keberhasilan Pemimpin Mao dan penyebaran paham komunis, hingga
kekuatan para wanita, para ibu demi menyelamatkan nyawa putrinya, baik May,
Pearl dan Joy, dengan bantuan beberapa pihak yang bersimpati, dimulailah
pergerakan bawah tanah untuk menyelamatkan nyawa yang masih tersisa dan
menunjukkan bukti pada dunia luar.
Conclusion :
Reading story involving
War always gave me such ‘dreadful-feelings’ like when I read something with
Holocaust themes, how humans can prey into others humans those image cannot
relive on my mind. This story also involving War but a very different kind of
War – it’s not involving shooting on others (at least in directly) but the main
purpose and the result are equally devastating and worse like any others Wars.
History takes note on the tragedy behind ‘The Great Leap Forward’ – an campaign
announce by the Great Chief Mao between 1958 until 1962, that’s takes
hundreds of casualties from adult until babies, who suffers from hunger and
poverty. If you like reading such historical fiction, this story will intrigue
you from start until the end, ‘cause the author also puts many surprises and
very intense stories until the end.
[ source ] |
What I really like, the
characters are not some super-hero, just an ordinary women, who works in hard
and heavy labor, but yet they still use their imagination and cleverness to
puts something different into their works. Like when they have to communicate
among them, all letters are open-up and read, and all packages are comfiscated
by censoric team, but they manage to slip away their message or something else,
like hidden money. Or when Pearl used the posters with their picture,
cut-slice-glue them into becoming shoes as the message to her daughter, ‘cause
inside Cina (specially in common people) paper are hard to find at that time,
books are limited to personal who works approve by government. When you are not
allow to have personal belonging ‘cause it will proove you are as the
opportunistis againts communist peoples, then you have to think smart not to
let any one know you hidden secret, like what Pearl do, to save something for
her family. And when government close the only way to communicate between
others, forbid all the media to prevent any news inside and outside the
community, Joy inventing a clever ways to tell her story to the world and send
her message to her family, pour her heart into mural-paintings. This is a story that tell that no such stories can
be held hostage by some government ‘cause there’s so many ways to tell them into
the world. Love it !!!
Tentang Penulis :
[ source ] |
Lisa See adalah penulis
yang masuk dalam jajaran penulis laris versi New York Times. Ia telah
menghasilkan berbagai karya tulis yang mendapat pengakuan baik melalui khalayak
umum maupun penghargaan di bidang literatur, di antaranya : Shanghai Girls,
Peony in Love, Snow Flower and the Secret Fan (yang telah diangkat ke layar lebar
dengan judul sama), Flower Net (memperoleh nominasi dalam Edgar Award), The
Interior, dan Dragon Bones.
Organisasi Chinese
American Women (Perempuan Cina Amerika) bahkan memberikan penghargaan National
Woman of the Year pada tahun 2001. Kini beliau tinggal di Los Angeles, Amerika
bersama keluarganya. Untuk mengenal lebih jauh tentang beliau serta
karya-karyanya, silahkan berkunjung di situs resminya : Lisa See's Site atau follow akun twitternya di : @Lisa_See
[ more about this story,
also check on : Lisa See | Shanghai Girls | Dreams of Joy ]
Best Regards,
No comments:
Post a Comment
Thank's for visiting & don't forget to leave your marks on comment form. Looking forward for your input & your next visit soon (^_^)
Terima kasih telah berkunjung & silahkan tinggalkan jejak berupa komentar, saran serta inputan. Kami tunggu kunjungan berikutnya (^_^)