Judul Asli : HIKING GIRLS
Copyright © 2008 Hye-jung Kim
Copyright © 2012 Penerbit Serambi Ilmu
Semesta
Penerbit Atria (Imprint Serambi)
Alih Bahasa : Dwita Rizki
Editor : Dian Pranasari & Diksi Dik
Cetakan I : Agustus 2012 ; 276 hlm
Lee Eun Sung dan Joo Bo Ra, memiliki masalah
yang serupa dengan anak-anak remaja Korea pada umumnya. Tetapi mereka berdua
memiliki sedikit perbedaan karena latar belakang keluarga yang tidak biasa.
Pengalaman semasa kecil hingga remaja yang kurang bahagia ditambah dengan jiwa
muda yang memberontak,mengakibatkan timbulnya berbagai masalah hingga menjadi
suatu kasus yang cukup serius untuk dipandang sebagai pelanggaran hukum. Demi
menyelamatkan masa depan mereka yang masih sangat muda, mereka berdua diberi
kesempatan kedua untuk merubah pandangan hidup mereka, menjadi lebih baik ....
Lee Eun Sung sedari kecil sering dipandang
aneh oleh orang-orang, dan saat menginjak remaja ia tahu bagaimana rasanya
setip hari di jauhi dan diejek karena tidak memiliki ayah. Lee Eun Sung
disebut-sebut anak haram, memiliki bibit buruk seperti ibunya yang hamil semasa
remaja tanpa pernah menikah. Akibatnya ia mulai membela diri dengan memukul
siapa saja yang menyakitinya. Tak lama kemudian ia dikenal sebagai biang onar
dan tukang berkelahi. Hingga suatu hari ia memukuli Yoo Ji Yeon – si pesolek
yang sok aksi dan berani menghina ibunya dengan berbagai sebutan. Masalah
bertambah ruwet karena Yoo Ji Yeon adalah putri pejabat penting, dan Eun Sung
diajukan ke pengadilan, terancam akan dijatuhi hukuman penjara anak-anak.
Beruntung ayah Yoo Ji Yeon bersedia bekerja
sama dengan Badan Pusat Perlindungan Anak, yang menawarkan perjanjian yang
harus dilakukan oleh Eun Sung agar ia terhindar dari hukuman penjara. Syaratnya
adalah Lee Eun Sung bersama Joo Bo Ra, gadis remaja yang juga memiliki masalah dengan pengadilan,
untuk mengikuti program menelusuri rute Silk Road dengan berjalan kaki sejauh
1.200 km selama 70 hari , mulai tanggal 22 Juni – 30 Agustus. Mereka berdua
akan didampingi seorang pengawas bernama Mi Joo dari Pusat Perlindungan Anak, yang
pernah menjalani rute Silk Road pada beberapa kesempatan.
![]() |
~ Road Urumqi to Tulufan ~ [ source ] |
Lee Eun Sung yang cerewet dan suka berkata
kasar serta bertingkah kurang ajar, selalu bentrok dengan Kak Mi Joo – mahasiswa pengawas yang semenjak
awal pertemuan langsung dipanggil Nenek Jahat oleh Eun Sung yang tidak tahu
aturan. Sedangkan Joo Bo Ra yang fisiknya sangat kecil dan tampak lemah, mirip
anak SMP padahal ia sudah SMA, selalu berdiam diri, berbicara seperlunya, menutup diri dari siapa
pun. Perjalanan jauh dengan medan yang berat, berupa dataran kering, panas
menyengat saat terang dan dingin mencekam saat malam menjelang. Serta
perjalanan kaki bagi kedua anak kota
yang tak pernah membayangkan apalgi menjalani seberapa berat dan jauh medan
yang harus dilalui sebelum tiba di tempat tujuan. Mampukah mereka semua
menempuh perjalanan napak-tilas Silk Road yang terkenal berat itu ??
Saat pertama kali membaca kisah-kisah
pembukaan, terus terang diriku langsung tidak suka denga karakter Eun Sung yang
jika dapat kugambarkan sebagai anak egois, seenaknya sendiri, tak punya
tenggang rasa dan selalu berusaha mencari gara-gara. Jika selama ini Anda
memiliki gambaran anak-anak Korea yang manis-manis dan penurut, wah ... pasti
langsung jengkel dengan si Eun Sung yang luar biasa tak tertahankan.
Dialog-dialog yang terjadi selama awal perjalanan antara ketiga sosok yang
asing satu sama lain, namun harus berusaha bersama-sama menempuh perjalanan
jauh selama 70 hari dengan berjalan kaki ... fuihh, bisa dibayangkan, bagai
peperangan yang tiada henti, hingga akhirnya masing-masing mencapai titik
kelelahan fisik maupun mental.
![]() |
~ Dunhuang ~ [ source ] |
Jangan mengharap kisah-kisah lembut nan manis
bagai drama Korea, karena penulis berusaha menuangkan perasaan serta pemikiran
yang notabene ‘negatif’ dan ‘negatif’ sepanjang separuh kisah ini. Sesuatu yang
terus terang membuatku semakin tidak nyaman dengan ungkapan-ungkapan yang ‘disengaja’ dilakukan untuk menyakiti
orang lain. Tanpa mengetahui secara jelas, luka atau trauma apakah yang
menyebabkan kedua karakter gadis remaja ini melakukan tindakan yang cukup
ekstrem sebagai pelampiasan. Eun Sung menggerakan kedua tangannya untuk
menghantam dan memukul siapa saja yang tak disukainya (termasuk dengan mulutnya
yang lumayan cerewet bila perlu). Sedangkan Bo Ra sangat ahli dalam mencuri dan
mengambil apa pun yang bukan miliknya.
Namun justru mendekati akhir, saat konflik
memuncak, sebuah pencerahan terjadi. Bukan saja bagi para karakter di dalam
kisah ini, tetapi diriku sebagai pembaca mulai dapat memahami akar masalah yang
terjadi pada mereka, anak-anak yang tak memperoleh ajaran moral serta kasih-sayang
yang dibutuhkan. Perjalanan berat, menempuh medan yang sama sekali tidak
nyaman, bertemu dengan berbagai suku, keluarga nomaden, hewan-hewan unik
seperti unta, berselancar di padang pasir, ditipu oleh orang Cina namun juga
diselamatkan oleh orang Cina lainnnya, nyaris tewas dirampok tetapi ditolong
perantauan Korea yang tinggal di Cina, tanpa disadari membentuk suatu pemahaman
serta karakter yang lebih baik untuk kedua anak itu.
[ source ] “Selama ini kupikir punuk unta hanya sesuatu yang membuat mereka jelek, tapi ternyata unta sangat membutuhkan punuk mereka. Unta tidak akan bisa melewati gurun pasir jika mereka tidak memiliki punuk. Punuk unta yang terlihat seperti sebuah aib baginya ternyata berisi kekuatan yang sangat membantu dalam hidupnya. Aku bukan aib bagi Ibu, melainkan punuk, begitu pula arti Ibu bagiku, Ya, kan, Nenek ?”[ ~ dari dialog Eun Sung dengan almarhum neneknya | p. 249 ; 265 ]
Sebuah ending yang menyentuh dan penuh makna
pembelajaran menutup kisah yang memperoleh penghargaan Blue Fiction Award, dan
masuk dalam daftar Young Adult Literature yang diminati di kalangan pembaca
Korea.
[ source ] “Kalian bisa berjalan sejauh 1.200 km, mana ada hal yang tidak bisa kalian lakukan. Awalnya kalian berpikir kalian tidak akan bisa berjalan sampai akhir, tapi akhirnya kalian berhasil kan,” kata Kak Mi Joo sambil membelai kepala kedua anak yang tak pernah merasakan sentuhan kasih sayang sekaligus rasa bangga.[ from Hiking Girls | p. 267 ]
Tentang Penulis :
Kim Hye Jung lahir pada tahun 1983 di Chung
Buk, dari sebuah keluarga besar yang terdiri dari kakek, nenek, ayah, ibu, dan
tiga saudaranya. Sewaktu berusia 6 tahun, dia sangat terharu saat membaca
cerita anak-anak berjudul “Tiga Babi
Bersaudara” , yang membuatnya mulai tertarik dengan ‘cerita’. Ketika
berusia 12 tahun, dia bertekad menjadi seorang novelis ketika melihat Gong Ji
Young – novelis ternama di sebuah suratkabar. Dengan tekad bulat, dia mulai
menulis dan menulis serta tak bosan-bosannya mengirim ke berbagai penerbit,
hingga akhirnya novel remajanya rilis dengan judul “Catatan Seseorang yang Kabur dari Rumah”.
![]() |
[ source ] |
Dia belajar tentang sastra, ilmu sosial, dan
psikologi di Universitas Seo Gang karena selain tertarik dengan novel,
masyarakat dan manusia sebagai individu, ia
masih belum mendapatkan jawaban yang diinginkan. Sehingga saat ini dia
masih berkelana untuk mendapatkan gelar master dalam bidang sastra di
Universitas Dong Dae. Tesisnya berantakan, hubungan cintanya gagal, kehidupan
pribadinya sangat tidak jelas, membuatnya sering menangis seorang diri.
Dan suatu hari, dia membaca buku karangan
Bernard Olivia yang menggambarkan tentang remaja-remaja ‘salah jalan’ di Prancis tidak dimasukkan ke dalam penjara
anak-anak, melainkan hanya diharuskan ikut serta dalam sebuah perjalanan jauh
yang harus ditempuh dengan berjalan kaki. Hal ini sangat menarik perhatian
dirinya, dan mulai menulis novel berdasarkan fakta tersebut. Kini dia terus
berjuang demi menulis novel yang dapat menyihir para pembacanya.
Best Regards,
No comments:
Post a Comment
Thank's for visiting & don't forget to leave your marks on comment form. Looking forward for your input & your next visit soon (^_^)
Terima kasih telah berkunjung & silahkan tinggalkan jejak berupa komentar, saran serta inputan. Kami tunggu kunjungan berikutnya (^_^)