Judul Asli : HOMELESS BIRD
Copyright © 2000 Gloria Whelan
Copyright © 2012 Penerbit Serambi Ilmu
Semesta
Penerbit Atria (Imprint Serambi)
Alih Bahasa : Ida Wajdi
Editor : Jia Effendie & Fenty Nadia
Ilustrasi & Desain Sampul : Asa Laily
& Aniza Pujiati
Cetakan I : September 2012 ; 182 hlm
Buku ini lumayan tipis dan dengan warna ‘blewah’
yang manis serta ilustrasi menarik, dan tema tentang budaya kehidupan kaum
wanita di India, mengundang diriku untuk menelusuri lebih lanjut. Seperti juga
A Single Shard karangan Linda Sue Park yang mampu memberikan suatu ‘kesan’
tersendiri bagi penyuka kisah-kisah berkualitas seperti diriku, maka Homeless
Bird ini juga memberikan pesan yang tak mudah dilupakan, di luar praduga bahwa
buku setipis ini mampu menyajikan kisah kehidupan dramatis di dunia nyata.
Ini adalah kisah tentang Koly, gadis cilik
yang baru berusia 13 tahun namun sudah harus menikah dan menjalani kehidupan
rumah tangga, jauh dari sanak keluarganya. Sebagaimana kehidupan masyarakat
India, seorang putri dalam suatu keluarga bisa menjadi beban serta aib jika tak
mampu menarik minat keluarga lain untuk mengambilnya sebagai seorang istri bagi
putra-putra mereka. Dan beban itu semakin bertambah saat dua keluarga setuju
untuk menikahkan putra-putri mereka, beban yang dipikul oleh pihak wanita
karena mereka harus ‘membayar’ sejumlah mas kawin kepada pihak keluarga pria.
Koly yang hidup seadanya dengan ayah, ibu
serta kedua kakak laki-lakinya, meski miskin, namun ia bahagia, serta memahami
beban keluarganya, jika ia tak menerima lamaran tersebut. Mengumpulkan segenap
simpanan uang serta perhiasan, mereka mampu membekali Koly untuk menjadi
pengantin keluarga Mehta. Koly terbiasa hidup sulit dan bekerja keras, namun
ada satu impian yang tak bisa ia raih, belajar serta bersekolah, karena tiada
biaya untuk memberikan ‘keistimewaan’
tersebut bagi seorang gadis yang nantinya hanya akan menjadi seorang ibu rumah
tangga.
“Aku memandangi kata-kata yang didiktekan terperangkap selamanya menjadi tulisan. Seperti burung-burung dalam sangkar. Aku telah memohon supaya diizinkan bersekolah. Tetapi Maa bilang sekolah tak berguna bagi anak perempuan. Namun, aku tetap membuka-buka halaman demi halaman buku-buku itu. Aku berlama-lama berhenti di bawah jendela sekolah untuk mendengarkan para murid menghafalkan pelajaran. Tetapi pelajaran itu tidak seperti penyakit campak. Aku tidak bisa langsung tertular.” [ p. 2 - 4 ]
Namun pernikahan yang bahagia serta indah
hanya ada dalam bayangan Koly semata. Karena keluarga mereka miskin, tak mampu ‘membelikan pengantin pria yang layak’
untuk Koly (ini adalah salah satu ungkapan kakak Koly yang masih remaja, namun
sudah mengetahui kenyataan hidup, sungguh miris membaca kalimat ini ...). Sang
suami bernama Hati Mehta, ternyata bukan remaja berusia 16 tahun sebagaimana
dikatakan oleh ayah&ibu Mehta. Suami Koly hanyalah seorang bocah
kanak-kanak yang lemah krn sakit parah, dan keluarganya membutuhkan dana untuk
mengobati putra mereka satu-satunya, dengan cara menggunakan mas kawin dari
Koly.
Nah, tentunya Anda berpikir bahwa penipuan
seperti ini bisa dituntut serta masing-masing pihak kembali ke kondisi semula
... maka pemikiran Anda salah besar. Adat istiadat serta budaya yang telah
mengakar justru sama sekali tak berpihak pada kaum wanita. Koly yang mengetahui
dirinya diperdaya, tak mampu kembali ke keluarganya, karena itu justru akan
menjadi aib besar yang mencoreng nama keluarganya. Sedangkan masalah mas kawin,
tiada yang bisa menuntut hal itu, karena setelah berada di tangan keluarga
pria, itu menjadi hak milik mereka.
Koly harus melepas impiannya, menjadi ‘pelayan’ keluarga Mehta yang juga tidak
terlalu berkecukupan. Meski kasta keluarga Mehta lebih terhormat (ayah Hari
merupakan kasta Brahmana), namun kehormatan tidak menjamin kemakmuran dalam
hidup mereka. Koly gadis yang ulet, akan tetapi rasa kesepian bisa mendera
dirinya, ditambah siksaan mental dari ibu mertuanya yang semenjak awal hanya
menganggap dirinya sebagai beban serta sesuatu yang bisa diperalat. Dan dalam
waktu yang relatif singkat, kondisi Koly semakin memburuk saat Hari Mehta
akhirnya meninggal akibat penyakit TBC yang akut. Gadis cilik yang belum
menginjak usia akil-balik ini sudah menjadi janda – status terendah dalam
kehidupan masyarakat India yang terhormat.
Perlakuan terhadap kaum janda di India
sungguh menakutkan. Mulai dari yang paling ekstrem seperti memaksa mereka
‘mengikuti’ tubuh sang suami yang
dibakar, hingga pelakuan diam-diam seperti ‘membuang’
mereka ke jalanan atau kota-kota yang jauh dari sanak keluarga. Posisi seorang
janda tak memiliki hak waris atas segala harta maupun kepemilikan sang suami,
sering kali sanak keluarga sang suami, mengusir janda tersebut dan
memperebutkan harta benda yang ditinggalkan. Melalui sosok Koly, kita akan
diajak menempuh jalur hidup yang keras serta berbahaya, namun tetap memiliki prinsip-prinsip moral, akan
kejujuran, murah hati, berbalas budi serta pantang menyerah.
Koly – gadis cilik / janda buangan, bukan
hanya belajar bertahan hidup di kota asing, ia tak mau menyerah dan berusaha
mewujudkan impiannya satu demi satu. Ia belajar membaca dan menulis, hingga
buku puisi Tagore menjadi satu-satunya hiburan kala kesepian dan kesedihan
mencekam hatinya. Ia bekerja, mengumpulkan sedikit demi sedikit tabungan, dan
berharap masih ada masa depan yang cerah bagi dirinya. Tanpa bermaksud
‘spoiler’ sungguh menyenangkan bahwa pada akhirnya kehidupan Koly yang berat
menuai hasil yang membahagiakan ... satu-satunya penyesalan yang kurasakan,
kisah ini terlalu pendek karena masih banyak yang bisa diungkapkan lewat
karakter Koly beserta teman-teman sependeritaannya. Sungguh kisah yang
manis-pahit-sekaligus-menyentuh.
Tentang Penulis :
Gloria Whelan adalah seorang penyair dan
penulis pemenang penghargaan yang telah menulis banyak buku untuk pembaca usia
kanak-kanak hingga remaja, di antaranya The Indian School, Once on This Island
yang memperoleh Great Lakes Book Award pada tahun 1996, Farewell To The Island
; Return To The Island ; dan Mianda’s Last Stand. Novel Homeless Bird juga
memperoleh penghargaan National Book Award 2000 untuk kategori Young People’s
Literature. Kini beliau menetap bersama Joseph, suaminya di hutan sebelah utara
Michigan.
[ more about this author and her works, just
visit at here : Gloria Whelan | Wikipedia ]
Best Regards,
No comments:
Post a Comment
Thank's for visiting & don't forget to leave your marks on comment form. Looking forward for your input & your next visit soon (^_^)
Terima kasih telah berkunjung & silahkan tinggalkan jejak berupa komentar, saran serta inputan. Kami tunggu kunjungan berikutnya (^_^)