Books “Masa-Masa Kita Yatim Piatu”
Judul Asli : WHEN WE WERE ORPHANS
Copyright ©
Kazuo Ishiguro 2000
Penerbit : Elex
Media Komputindo
Alih Bahasa :
Linda Boentaram
Cetakan I :
September 2012 ; 416 hlm
Period : 1920 –
1958 | London, Inggris – Shanghai, Cina
Christopher
Banks lahir dan besar di Shanghai, Cina pada awal abad 20. Namun ia menjadi
anak yatim piatu pada usia 9 tahun, setelah kedua orang tuanya ‘menghilang’ tanpa jejak. Pihak
berwenang mengirim dirinya menyeberangi lautan untuk tinggal dan menetap
bersama bibinya di Inggris. Christopher menjalani kehidupan barunya, peradaban
serta budaya yang berbeda, dan ia berhasil beradaptasi meskipun tidak masuk
dalam kelompok populer.
Setelah lulus
dari Cambridge University, ia menjalani kehidupan baru yang tenang dan santai
di kediaman pribadinya, sebuah flat mungil di wilayah Kensington. Pertemuan tak
disengaja dengan James Osbourne – teman
lama dari sekolah pada musim panas 1923, memicu serangkaian kejadian yang
membawa dirinya berjumpa dengan wanita unik bernama Sarah Hemmings – gadis
menarik yang menjadi bahan gunjingan karena perilakunya yang tidak sesuai
dengan tradisi kalangan terhormat.
Pertemuan kedua
kalinya dengan gadis ini menimbulkan rasa malu dan amarah pada diri
Christopher. Dan ketika tahun berlalu, saat ia berada di puncak karirnya
sebagai detektif swasta yang kampiun, Sarah Hemmings justru muncul dan ‘memaksa’ agar ia mau memberikan bantuan
untuk memasuki pesta gala kalangan atas, dimana Christopher sudah pasti
diundang karena kesuksesannya memecahkan berbagai kasus di Inggris. Christopher
tak terlalu memperhatikan perjumpaan tersebut, hingga tiba saat pesta gala
diadakan, dan disanalah, di lobby gedung, Sarah menanti dirinya – kunci masuk
ke dalam acara eksklusif. Dan Christopher berhasil membalas perlakuaan Sarah
dahulu terhadap dirinya, dengan menolak gadis itu di depan umum.
Insiden
memalukan dan tak terlupakan itu semakin terngiang dan merubah hubungan di
antara keduanya. Sarah yang penuh dengan tekad, tak pernah mau memperdulikan
aturan serta tatanan pergaulan, mampu membawa dirinya memasuki dunia yang
diinginkan. Dan Christopher yang tampak telah menjalani kehidupan kalangan atas
yang diminati banyak orang, justru mendapati bahwa semua itu semu dan ia tak
berminat lebih jauh untuk mengikuti arus pergaulan yang menjemukan. Apalagi
diam-diam ia memiliki impian tersendiri, sesuatu yang memicu dirinya hingga
memilih profesi sebagai seorang detektif. Christopher berniat mencari tahu
keberadaan kedua orang tuanya yang lenyap di Shanghai berpuluh-puluh tahun
silam.
Christopher
yang menutup rapat-rapat tentang masa lalunya di Shanghai, mendapati ia mampu
bercerita kepada Sarah, yang tertarik dan menaruh minat pada cita-cita
Christopher. Dan ketika keduanya terpisah karena alasan yang aneh, keduanya
bertemu kembali di Shanghai, saat Christopher akhirnya beranjak mencari tahu
sesuatu yang telah ‘mengendap’ di benak. Ia bahkan meninggalkan anak asuhnya
Jennnifer ke dalam asrama sekolah, karena ia tak tahu akan berapa lama waktu
yang dibutuhkan untuk menemukan jejak kedua orang tuanya. Apalagi saat itu
Shanghai bagian dari Cina, tengah dalam kondisi perang dengan pihak Jepang.
Sementara itu
Sarah Hemmings telah menikah dengan tokoh kelas atas Sir Cecil Medhusrt – sosok
pencetus perdamaian, dan beliau datang langsung ke Shanghai dengan harapan
mampu menyelesaikan pertikaian, namun ketrampilan di dunia politik Inggris
ternyata tak mampu diterapkan di belahan dunia yang sibuk berperang. Alih-alih
Sir Cecil terpuruk dalam perjudian dengan hutang yang semakin menumpuk. Sang
istri yang jauh lebih muda dan menarik, yang dulu selalu menjadi kebanggannya,
kini hanya sebagai pelampias kemarahan serta frustasi dirinya.
Christopher
yang melihat kondisi kedua pasangan ini, mau tak mau teringat akan situasi yang
dialami kedua orang tuanya dulu. Kehidupan rumah tangga yang hangat, berubah
karena sang ayah terikat pada perusahaan yang bekerja sama dengan para pedagang
opium, sesuatu yang ditentang keras oleh istrinya dalam kampanye anti-opium.
Mampukah Christopher memecahkan misteri yang telah terjadi bertahun-tahun silam
? Dan bagaimana ia meyikapi kehidupan pribadinya, terutama menyangkut seseorang
yang menarik hatinya sekian lama ?
“...memang benar kau dibesarkan dengan bermacam-macam orang di sekelilingmu. Orang China, Prancis, Jerman, Amerika. Tidak heran kalau menjadi sedikit berdarah campuran. Tetapi itu bukan hal buruk. Kurasa tidak buruk jika anak-anak lelaki sepertimu tumbuh dengan sedikit pengarh di sana-sini. Kita semua mungkin bisa memperlakukan sesama jauh lebih baik. Mengurangi perang, misalnya. Mungkin suatu hari nanti, semua konflik ini akan berakhir, dan bukan karena para politisi hebat atau gereja atau organisasi seperti ini. Tetapi karena orang sudah berubah. Mereka akan menjadi seperti dirimu, Puffin. Lebih seperti campura. Tetapi kenapa tidak? Itu hal yang sehat.”[ from ‘Where We Were Orphans’ by Kazuo Ishiguro | p. 102 -103 ]
Ini adalah buku
pertama Kazuo Ishiguro yang kubaca, meskipun ‘The Remains of the Day’ dan ‘Never
Let Me Go’ sudah cukup lama berada di tumpukan buku-buku. Rasa penasaran
karena karakter yang berprofesi sebagai deteltif inilah yang membuatku memilih
sebagai bacaan pertama karya penulis yang hampir seluruh novelnya masuk dalam
daftar “100 Books To Read Before You Die”
--- sungguh menggugah rasa penasaran, apa keistimewaan karya-karya beliau.
Alih-alih
cerita detektif, kisah ini tentang perjalanan hidup Christopher Banks semenjak
kanak-kanak hingga dewasa. Dengan menggunakan sudut pandang pertama, karakter
ini mampu menyajikan gambaran situasi yang sedang terjadi. Namun dibutuhkan
kesabaran untuk memperoleh gambaran besar karena penulis memilih cara
‘back-in-forward’ melalui berkas-berkas ingatan serta kenangan tokoh utama,
sembari ia menjalani kehidupannya. Dengan mengandalkan ingatan masa kecil yang
kabur, dan mengambil kesimpulan sesuai nalarnya sebagai orang dewasa, sedikit
demi sedikit, mulai terpecahkan berbagai pertanyaan yang mengiringi diriku
semenjak halaman-halaman depan.
Mengambil tema
sosial budaya yang berbeda, pertemuan antara Barat dan Timur, tercermin dalam
kehidupan Christopher di Shanghai, terutama persahabatannya dengan Akira – anak
keluarga Jepang yang juga harus beradaptasi di budaya multi-kultural ini.
Penulis mampu menyelipkan konflik-konflik budaya serta tradisi lama, melawan
pengaruh modern yang masuk. Bahkan memberikan ketegangan lewat topik
perdagangan opium yang mana dibawa oleh bangsa Barat untuk menguasai dan menaklukan
bangsa Timur, namun akhirnya kendali tersebut jatuh di tangan bangsa Timur yang
mampu mendirikan kerajaan bisnis dunia.
Apakah kisah
ini cukup layak jika
dinilai dari ide serta kompleksnya materi yang dimasukan, termasuk pandangan
politik yang jelas-jelas mencemooh kaum birokrat Barat. Namun ada beberapa hal
yang sedikit mengganjal. Jika memang sosok Christopher Banks adalah penyelidik
yang brilian, mengapa ia tak mampu menepiskan anjuran sesamanya bahwa misi
penyelamatan setelah berpuluh-puluh tahun di tempat kejadian yang menjadi medan
perang adalah sesuatu yang absurb bahkan tidak sesuai dengan logika.
Perlakuannya setelah berjumpa kembali dengan Akira sebagai musuh, juga
menunjukkan seperti orang yang terobsesi dengan Impian yang dibangunnya
bertahun-tahun.
I don’t know whether this character means to
be ‘naive’ or ‘crazy’ --- well, maybe its up to the reader to decide. But when
the final of the searching meets the answers, only silent and peace – something
that maybe the answers to many people for their entire life. I close this book
with the sweet and calm reaction. So many thing happen on life, sometimes the
answers is not what you need to know, sometimes you just enjoy it every moment.
Tentang Penulis :
Kazuo
Ishiguro, lahir di Nagasaki, Jepang pada tanggal 8 November 1954, namun
keluarga bermigrasi ke Inggris di tahun 1960. Ia memperoleh gelar BA dari
University of Kent di tahun 1978 dan gelar Master dari University of East
Anglia untuk ‘creative writing course’ di tahun 1980. Ia secara resmi menjadi
warga negara Inggris pada tahun 1982.
Beliau
merupakan salah satu penulis fiksi kontemporer yang banyak dibicarakan dan
diakui dalam dunia penulisan di Inggris, dan karya-karyanya memperoleh banyak
sorotan serta penghargaan International. Mulai dari 4 nominasi untuk Man Booker
Prize, dan memenangkan salah satunya lewat “The Remains of the Day” pada tahun
1989, hingga kisah ini diangkat ke layar lebar dengan judul sama, dibintangi
oleh Sir Anthony Hopkins dan Emma Thompson.
Kemudian anugerah OBE pada tahun 1995, hingga Chevalier de l’Ordre des
Arts et des Lettres pada tahun 1998. Pada tahun 2008, The Times menempatkan
beliau pada posisi ke-32 dari daftar 50
penulis Inggris ternama semenjak 1945.
Novel
pertamanya ‘A Pale View of Hills’
memperoleh penghargaan Winifred Hotlby Memorial Prize di tahun 1982. Menyusul
novel keduanya ‘ An Artist of the
Floating World’ yang memperoleh Whitbread Prize di tahun 1986. Kesuksesan
novel ke-3 ‘The Remains of the Day’ (1989)disusul dengan rilisnya ‘The Unconsoled’ (1995) dan ‘When We Were Orphans’ (2000). Novel
terbarunya ‘Never Let Me Go’ (2005)
masuk dalam daftar 100 Novels Inggris terbaik versi Times Magazine, dan
diangkat pula ke layar lebar dan rilis September 2010, dibintangi oleh Keira
Knightley, Andrew Garfield dan Carey Mulligan.
Best Regards,
No comments:
Post a Comment
Thank's for visiting & don't forget to leave your marks on comment form. Looking forward for your input & your next visit soon (^_^)
Terima kasih telah berkunjung & silahkan tinggalkan jejak berupa komentar, saran serta inputan. Kami tunggu kunjungan berikutnya (^_^)