Books : “KAZE”
Judul Asli : DEATH AT THE CROSSROADS
Copyright © 1998 by Dale Furutani
Flanagan
Penerbit Qanita
Alih Bahasa : Meithya Rose
Editor : Andhy Romdani
Proff Reader : Ocllivia Dwiyanti P.
Illustrations by Rahmat Gandari
Cover by Dodi Rosadi
Cetakan ke-01 : November 2008 ; 384 hlm
Kesan :
Buku ini merupakan bagian pertama dari
trilogi yang ditulis oleh Dale Furutani-seorang keturunan Jepang-Amerika,
dimana suatu hari ia terinspirasi untuk membuat kisah tentang kehidupan
masyarakat Jepang terutama dalam masa peralihan sekitar tahun 1603 – suatu masa
dimana selama 250 tahun kemudian Jepang dibawah kendali Tokugawa Shogunate.
Yang membuat kisah ini agak berbeda
karena penulis memilih pendekatan dengan menulis fiksi berbau misteri –
mengingat masyarakat pada waktu itu juga masih memegang kepercayaan akan adanya
roh-roh jahat serta pemujaan dewa-dewa. Walaupun tema yang disajikan dapat
dikatakan cukup sederhana, namun cara penulisan dengan dialog-dialog yang
menyisipkan istilah serta kata-kata Jepang, mampu membuat pembaca seakan
menonton sandiwara Jepang ( dengan bahasa yang lebih mudah dipahami tentunya ).
Selain menampilkan tokoh utama seorang
Samurai bernama Matsuyama Kaze, penulis juga menyelipkan berbagai karakter yang
mewarnai kisah ini – mereka terutama adalah korban-korban peperangan tiada
henti yakni rakyat jelata. Kisah
kehidupan mereka dituturkan dengan manis, walaupun hanya sedikit namun mampu
memberikan gambaran sekilas tentang keadaan pada jaman tersebut.
Paling tidak buku ini cukup memberikan
hiburan bagi pembacanya dan tidak termasuk kategori bacaan berat, dan
akhirnya hanya berharap semoga kelanjutan seri ini mampu pula disajikan oleh
penerbit dengan kualitas yang lebih baik lagi dan dalam waktu yang tidak
terlampau lama … paling tidak dalam 1-2 bulan ( at least tidak seperti nasib
kisah Sister Grimm, padahal seri kisah ini tidak kalah bagus dengan buku-buku
terbitan lain dengan kategori yang sama … )
Hanya satu ganjalan – covernya sangat
tidak cocok untuk mencerminkan sosok samurai pada jaman tersebut, mungkin
bertujuan hendak menarik pembaca dengan memasang cover foto model / bintang
film ( yang jelas kelihatan banget klo mereka hasil produksi jaman modern
dengan tampang ke-indo-an … masih lebih tampak menarik cover movie-nya The Last
Samurai ) , malah mungkin bisa lebih bagus tanpa cover berupa foto seperti itu
tapi menggunakan siluet sosok samurai or gambaran peperangan era tersebut.
Sinopsis :
[ source ] |
Kisah ini mengambil latar belakang
Jepang dalam masa pemerintahan klan Tokugawa di bawah pimpinan Lord Ieyasu.
Masyarakat Jepang mengalami transisi dari pemerintahan sebelumnya Lord
Hideyoshi yang mangkat, sehingga garis kekuasaan klan Taiko terhenti akibat
makar yang dilakukakan oleh Tokugawa Ieyasu.
Kisah petualangan dimulai dengan
penemuan sosok mayat di tengah persimpangan jalan yang menghubungkan desa
Suzaka (timur), desa Higashi dan keresidenan Rikuzen (selatan), keresidenan Uzen (utara) serta
pegunungan Fukuto (barat)
Yang menemukan mayat tersebut pertama
kali adalah Jiro, petani yang beralih menjadi tukang jual arang. Penemu kedua
adalah seorang samurai tak bertuan (ronin) yang kebetulan juga lewat pada waktu
bersamaan. Samurai tersebut bernama Matsuyama Kaze. Ia sebenarnya adalah
samurai yang mengabdi pada salah satu shogun penguasa yang berpihak pada Taiko
Hideyoshi, dan saat tuannya tewas dalam pertempuran melawan pasukan Tokugawa
Ieyasu, ia hanya berhasil menyelamatkan sang Putri, istri tuannya dari
penangkapan. Namun putri satu-satunya dari keluarga tersebut, tertangkap dan
menghilang. Kaze mengemban misi khusus yang menjadi tanggung jawab seumur
hidupnya, yakni menemukan jejak putri tunggal tuannya dan menyelamatkannya.
Kisah berlanjut dengan keributan yang
disebabkan oleh kedatangan Magistrat Wilayah setempat yang bernama Nagato
Takamasu bersama pengawalnya, beliau menerima laporan dari Jiro, si tukang
arang yang segera lari menuju desanya, desa Suzaka saat melihat kedatangan sang
samurai di persimopangan.
Kaze langsung melihat ketidakberesan
serta ketidak pedulian sang Magistrat dalam menangani penemuan tersebut.
Alih-alih menyelidiki lebih dalam, beliau cenderung mencari jalan aman dengan
menguburkan mayat serta perkara tersebut. Semula Kaze tidak akan ikut campur
terlalu dalam, namun saat dirinya beserta Jiro ditangkap oleh Magistrat dengan
tuduhan sebagai tersangka pembunuhan, maka ia pun bertekad menyelesaikan
misteri yang menyelimuti desa Suzaka dan sekitarnya.
Niat Magistrat yang hendak melenyapkan
Kaze beserta Jiro tanpa diduga mendapat hambatan justru dari Sang Penguasa
Wilayah–Lord Manase yang terpikat dengan kecerdikan sang Samurai–Matsuyama
Kaze. Memanfaatkan daya tariknya, Kaze berhasil mendapatkan penundaan atas
hukuman mati yang sedianya akan segera menimpa Jiro – dengan janji bahwa Kaze
harus dapat menngungkapkan siapa dalang pembunuhan sebenarnya.
[ source ] |
Petunjuk utama yang diperoleh Kaze
adalah anak panah yang digunakan unuk membunuh samurai tak dikenal itu. Anak
panah tersebut memiliki keistimewaan yang menunjukkan bahwa pemiliknya pastilah
bukan orang kebanyakan. Semula Kaze melakukan pnyelidikan bersama Magistrat
Nagato bersama anak buahnya ( tentu saja atas perintah Lord Manase ), namun
setelah Kaze mendapati dirinya diserang oleh kawanan Kuemon ( =bandit ) yang ternyata diketahui diam-diam bekerja sama
dengan Magistrat, hal itu membuktikan kecurigaan Kaze sejak awal akan
kebobrokan sistem peradilan di wilayah itu. Maka Kaze memutuskan menempuh jalur
yang berbeda karena ia harus segera menuntaskan penyelidikan kasus ini agar
dapat segera melanjutkan misinya semula – terutama saat kemunculan Obake-hantu
dari mendiang istri tuannya, yang mengingatkan akan janjinya untuk menemukan
putri mereka yang hilang.
Dari Jiro, Kaze mendapat saran agar
mengikuti jejak Aoi-seorang pelacur Desa Suzaka yang kerap bertandang ke sarang
para penyamun. Pada akhirnya Kaze menemukan persembunyian kawanan Kuemon dan
melihat jumlah mereka yang sangat banyak, sungguh tak maungkin ia melawan
seorang diri sehebat apapun permainan pedangnya. Maka menggunakan kecerdasan
otak serta taktik perang, Kaze mulai menyusun siasat memanfaatkan Aoi guna
menyebarkan ketakutan di antara kawanan tersebut.
Matsuyama Kaze – sebagai seorang
samurai memperoleh banyak pembelajaran dari pertemuannya dengan orang-orang
yang sebelumnya tak pernah dipandang sebelah mata. Sebagaimana kehidupan
samurai yang mengabdi pada Shogun, maka ia pun dituntut membela serta membantu
penguasa lain dalam pemerintahan karena posisi serta status mereka sebagai tuan
bagi para samurai. Namun seiring dengan waktu, dalam sepanjang perjalanan
petualangannya, Kaze justru banyak melihat ketidak-adilan yang menimpa rakyat
jelata justru akibat kesewenang-wenangan para penguasa setempat.
[ source ] |
Maka Kaze-sang Samurai menjadi sosok
yang lebih manusiawi dan lebih ber-empati pada beberapa orang, contohnya
bagaimana ia bahkan mengampuni nyawa Hachiro-salah satu anggota Kuemon yang
menjadi pengikut alih-alih sebagai akibat korban perang ( Hachiro kecil menyaksikan keluarganya tewas dibantai oleh
tentara Tokugawa dalam perebutan kekuasaan ), bagaimana pada akhirnya ia
menuntut keadilan atas pembunuhan Hachiro oleh seorang penguasa dan mengapa ia
menemukan kesamaan dirinya dengan Jiro-sang penjual arang yang tak pernah
dipandang sebelah mata oleh kalangan dimana dulu ia berada ( kasih sayang &
cinta kasih Jiro terhadap mendiang istrinya mampu mengalahkan perasaan Kaze
yang juga ditinggal oleh istri beserta putra-putrinya yang tewas bunuh diri / hara-kiri demi membela kehormatan saat
kejatuhan pemerintahan Hideyoshi ). Bahkan Kaze membantu menyembunyikan
pembunuhan sang Magistrat yang dilakukan oleh Ichiro-Kepala Desa demi membela
putrinya yang hendak diperkosa ( hal tersebut bertolak belakang dengan aturan
sistem peradilan pada waktu itu dimana rakyat biasa tak memiliki hak untuk
bebas memilih bahkan demi keadilan sekali pun ).
Dengan menumpas akar kejahatan serta
keserakahan di wilayah Desa Suzaka, Kaze melanjutkan perjalanan mengikuti
petunjuk yang tanpa sengaja diperolehnya yang akan membawa dirinya pada sang
Putri. Kaze belajar ketabahan hati serta keuletan justru dari orang-orang kecil
/ rakyat jelata serta lebih menghargai nilai-nilai kehidupan diatas martabat,
kehormatan maupun status sosial sekaligus bahwa balas dendam justru hanya akan
membawa kesengsaraan baru bagi orang lain.
Tentang Penulis :
Dale Furutani lahir di Hilo-Hawaii,
pada tanggal 1 Desember 1946, merupakan generasi ketiga dari keturunan
Jepang-Amerika / sansei. Keluarganya
berasal dari Pulau Oshima, Selatan Hiroshima. Kakek & neneknya datang di
Hawaii pada tahun 1896 sebagai pekerja di sebuah pabrik gula, namun kakeknya
memutuskan kontrak karena bisnis ikan yang digelutinya lebih berhasil.
Ketika berusia enam tahun, Dale kecil
diadopsi oleh John Flanagan dan pindah ke California. Pengalaman buruknya
mendapat perlakuan rasialis dari teman-teman sekolahnya hanya karena dia
satu-satunya orang Asia di sekolahnya, tak menghalangi Dale muda untuk
melambungkan imajinasinya.
Dale memperoleh gelar akademis di
bidang penulisan kreatif dari California State University, Long Beach serta
gelar MBA di bidang pemasaran dan sistem informasi dari UCLA. Pada tahun 1993,
novel pertamanya ‘Death in Little Tokyo’ meraih Anthony Award dan Macavity Award
untuk Novel Misteri Debutan Terbaik.
[ more about the author and his related works, check on here : Dale Furutani's Site | on Wikipedia ]
Best Regards,
No comments:
Post a Comment
Thank's for visiting & don't forget to leave your marks on comment form. Looking forward for your input & your next visit soon (^_^)
Terima kasih telah berkunjung & silahkan tinggalkan jejak berupa komentar, saran serta inputan. Kami tunggu kunjungan berikutnya (^_^)