Books “KWAIDAN”
Judul Asli : KWAIDAN
– STORIES & STUDIES OF STRANGE THINGS
Copyright © Koizumi Yakumo
Penerbit Bukuné
Alih Bahasa : Zia Anshor
Editor : Resita Wahyu Febiratri ; Ainun Najib
Desain Sampul : Gita Mariana
Cetakan I : November 2012 ; 168 hlm
[ full reviews on this book, check on here : KWAIDAN ]
Just Brief Reviews on KWAIDAN [ Short- Stories ]
Kisah ‘Mimi-Nashi-Noichi’
[ Hoichi Tanpa Telinga ]
[ short-stories | from Kwaidan by Koizumi Yakumo ]
Plot-Themes-Setting : 5
| Characters : 5 | Rate : 5
Verdict : Really Spooky
Kisah dimulai saat 700 tahun silam tepatnya di Dan-no-ura
di Selat Shimonoseki, pertempuran terakhir yang sengit antara Kaum Heiki (Klan
Taira) dengan Kaum Genji (Klan Minamoto) yang berlangsung berkepanjangan,
berakhir dengan tumpasnya Kaum Heike beserta seluruh pengikutnya tanpa tersisa,
termasuk sang kaisar kecil yang dikenal sebagai Antoku Tenno. Konon, tempat ini
masih sering muncul berbagai peristiwa aneh yang menandai banyaknya hantu-hantu
penasaran yang acapkali muncul, mengganggu atau mencari korban manusia sebagai
balas dendam. Akibatnya dibangun sebuah kui Buddha Amidaji di Akamagaseki serta
pemakaman di dekat pantai demi ketentraman jiwa hantu-hantu tersebut. Gangguan
mulai berkurang, namun manusia yang lemah batin dan pikiran tetap menjadi sasaran
korban jika berada di dekat wilayah ini.
Kisah yang cukup terkenal adalah pengalaman mengerikan
Hoichi – pemain biwa yang buta namun terkenal karena keahliannya dalam
menceritakan sejarah kaum Heike dan Genji. Meski demikian, Hoichi hidup sangat
miskin, sehingga salah satu temannya, seorang pendeta di Amidaji menawari
Hoichi untuk tinggal bersama di kuil, dengan imbalan sesekali ia memainkan
pertunjukan musik kepada sang pendeta. Lalu suatu malam saat ia seorang diri di
dalam kuil, karena sang pendeta dan muridnya sedang menerima panggilan
pekerjaan, datanglah seorang samurai yang meminta Hoichi memberikan pertunjukan
khusus kepada Tuannya – seorang penguasa dan tuan tanah yang tertarik pada
sejarah pertempuran Heiki dan Genji, yang dikenal dengan adegan medan laga
Dan-no-ura.
[ source ] |
Permainan Hoichi menimbulkan reaksi yang luar biasa,
sehingga ia diminta untuk datang kembali selama 6 hari kemudian berturut-turut,
pada waktu yang sama (menjelang tengah malam) dan tempat yang sama. Ia akan
diberi imbalan besar, dengan syarat sama sekali tidak diperbolehkan
menceritakan tugasnya kepada siapa pun juga, karena sang Penguasa sedang
melakukan perjalanan rahasia yang tak boleh diketahui siapa pun. Hoichi
menyanggupi, dan ia akan berhasil melakukannya jika tidak secara kebetulan sang
pendeta mengetahui kepergian Hoichi secara diam-diam menjelang malam dan pulang
menjelang subuh setiap malam. Karena Hoichi menolak memberi penjelasan, sang
sahabat yang mengkhawatirkan keselamatan Hoichi memerintahkan pelayannya untuk
mengikuti Hoichi secara diam-diam.
Kenyataan mengerikan menanti saat para pelayan mendapati
Hoichi bermain bukan di istana Sang Samurai melainkan di pemakaman, tepat di
hadapan makam Antoku Tenno, memainkan bhiwa dan bernyanyi dengan penuh semangat
dikelilingi sekumpulan api arwah yang menyala terang. Saat sang pendeta
mengetahui kebenaran kisahnya, ia meyakinkan Hoichi untuk tidak melakukan hal
yang sama pada malam berikutnya. Demi perlindungan dan keselamatan jiwa Hoichi
maka setelah dilakukan upacara penyucian, seluruh bagian tubuh Hoichi dari
ujung kaki hingga kepala, ditulisi kalimat-kalimat sutra keramat
Hannya-Shin-Kyo. Karena sang pendeta dan muridnya harus keluar menunaikan tugas
di luar kuil, ia mengingatkan Hoichi untuk tetap berjaga dan bersamadi, diam
tak bergerak, tidak boleh bersuara sama sekali, terutama saat penjaga hantu
datang menjemput dirinya pada waktu yang sama. Hoichi menghadapi teror
mengerikan saat sang penjaga datang, dan ia mematuhi petuah sang pendeta,
diam-kaku-tak bergerak-tak bersuara, aman dalam perlindungan mantra suci,
kecuali bagian terkecil tubuhnya yang terlupakan ...
[ source ] |
Cermin dan Lonceng
[ short-stories | from Kwaidan by Koizumi Yakumo ]
Plot-Themes-Setting : 4
| Characters : 3 | Rate : 3,5
Verdict : Interesting
Story
Ketika para pendeta di Mugenyama meminta sumbangan cermin
perunggu sebagai bahan pembuatan lonceng kuil, salah satu istri petani turut
menyumbangkan cermin warisan ibunya. Namun ia segera menyesali keputusan
tersebut, ingin meminta kembali cerminnya namun tak tahu bagaimana caranya.
Akibat ketidak-relaan tersebut, cermin itu tak bisa dihancurkan apalagi dilebur
sebagai bahan lonceng. Terjebak antara rasa malu jika diketahui itu cermin
miliknya, sekaligus rasa tidak rela yang senantiasa merongrong dirinya, wanita
itu mengambil keputusan menghabisi nyawanya, setelah menulis surat wasiat aneh
sehubungan dengan keberadaan cermin. Wasiat itu mengandung sumpah gaib bahwa
setelah ia meninggal, cermin itu akan bisa dihancurkan dan dilebur menjadi
lonceng. Barang siapa memukul lonceng yang terbuat dari cermin ini, dan
memecahkannya akan memperoleh kekayaan sebesar yang ia mau dari arwah wanita
ini. Dan kemudian legenda
bercampur-baur, mitos baru sehubungan kisah yang dikenal dengan Legenda Lonceng
Mugen (Mugen-Kane) dipercaya mampu mengabulkan permintaan siapa saja yang
memiliki keyakinan tinggi dan bersedia melakukan ‘seustu’ untuk menarik
perhatian arwah wanita ini.
[ source ] |
Mimpi Akinosuke
[ short-stories | from Kwaidan by Koizumi Yakumo ]
Plot-Themes-Setting : 5
| Characters : 4 | Rate : 4
Verdict : Interesting Story
Miyata Akinosuke sedang beristirahat di bawah pohon sugi
yang besar dan tua, ketika ia mendadak mengantuk dan tidur di bawah pohon,
meninggalkan kedua temannya tetap asyik mengobrol. Ia bermimpi, melihat
arak-arakan rombongan daimyo agung menuruni bukit di dekat pohon tempatnya
berbaring. Ternyata arak-arakan kereta mewah itu bertugas menjemput Akinosuke
atas perintah tokoyo no Kokuo / Penguasa Horai / Raja Negeri Antah-Berantah.
Sang Raja hendak menikahkan Akinosuke dengan putri tunggal mereka pada hari itu
juga. Akinosuke menjadi menantu raja dan diangkat sebagai gubernur pulau
Raishu, dimana ia hidup bahagia dan memerintah dengan adil serta bijaksana
selama lebih dari 20 tahun. Sayang pada tahun ke-24, istri tercinta meninggal
dunia. Akinosuke dipanggil kembali ke kerajaan, ia akan dikembalikan ke dunia
asalnya, anak serta cucunya akan dirawat dan dipelihara oleh keluarga kerajaan.
Dan kemudian, Akinosuke terbangun dengan penuh kebingungan. Menurut kedua
temannya, ia hanya tertidur dalam waktu sekejab, namun ada kejadian aneh saat
ia tertidur ... yang membawa mereka meneliti lebih dekat lokasi di sekitar
bawah pohon sugi, ternyata ada sarang raksasa semut besar yang menyerupai kota
dan coba tebak apa lagi yang mereka temukan ...
Tentang Penulis :
Koizumi Yakumo adalah nama pena yang digunakan oleh
Patrick Lafcadio Hearn. Lahir pada tanggal 27 Juni 1850 di Yunani, dari ayah
berkebangsaan Irlandia dan ibu berkebangsaan Yunani, kehidupan masa kecil kecil
beliau mengalami berbagai perubahan serta adaptasi budaya yang berbeda dari
kehidupan di Yunani dan Irlandia pada usia 2 tahun.
Sebagai penulis Internasional, karya-karyanya banyak
mengupas tema Jepang, terutama kumpulan kisah tentang legenda serta mitos hantu
Jepang yang dituturkan lewat buku ini. Karirnya dimulai saat ia hijrah di
Cincinnati, Ohio, Amerika Serikat pada usia 19 tahun dan tertarik pada bidang
jurnalistik, dan menikah dengan Alethea Foley – wanita berkulit hitam, dan
tindakan ini dianggap melanggar hukum pada saat itu, yang mengakibatkan dirinya
dipecat dari pekerjaannya di Enquirer. Pernikahan ini tak berlangsung lama,
keduanya bercerai pada tahun 1877.
Pada tahun 1890, beliau bertugas di Jepang, dan mendapati
dirinya ‘jatuh-hati’ pada kehidupan di negara ini. Menyusul pernikahannya
dengan Koizumi Setsu – putri seorang samurai, setelah ia menetap selama kurang
lebih satu setengah tahun di Jepang. Hal ini diikuti dengan keputusan mengubah
namanya sebagai warga negara Jepang menjadi Koizumi Yakumo. Selain menulis
karya-karya berkaitan dengan pembelajarannya di Jepang, beliau tetap aktif
dalam bidang jurnalistik dan merupakan salah satu profesor yang mengajar di
Waseda University.
Beliau wafat pada tanggal 26 September 1904 karena
serangan jantung di usia 54 tahun, dan dimakamkan di ZĹŤshigaya Cemetery di
Toshima, Tokyo.
[ more about the author, books and related works, visit
at here : Koizumi Yakumo | Kwaidan Books | Kwaidan Movies ]
Best Regards,
No comments:
Post a Comment
Thank's for visiting & don't forget to leave your marks on comment form. Looking forward for your input & your next visit soon (^_^)
Terima kasih telah berkunjung & silahkan tinggalkan jejak berupa komentar, saran serta inputan. Kami tunggu kunjungan berikutnya (^_^)