Judul Asli : THE LAST CONCUBINE
Copyright © 2008 by Lesly Downer
Penerbit Matahati
Alih Bahasa : Yusliani Zendrato
Editor : Nadya Andwiani
Cetakan I : November 2008 ;
660 hlm
Cover by Abdul Latief
Dengan latar belakang Jepang sekitar
tahun 1800-an, dimana kehidupan masyarakat Jepang berpusat pada 3 kota besar
yakni Osaka, Edo dan Kyoto-kota suci dan
ibukota resmi negara Jepang serta kediaman sang Kaisar di wilayah barat. Namun
kekuasaan dijalankan terbagi antar daimyo (=bangsawan agung) yang memerintah
provinsi-provinsi, dimana mereka bertanggung jawab dan
bersumpah setia terhadap shogun.
Dan kisah ini berpusat di wilayah
timur, yakni kota Edo (sekarang disebut Tokyo), tepatnya dimulai dari
kehidupan dalam Kastil Edo, kediaman penguasa Lord Iemochi sebagai keturunan
shogun Klan Tokugawa beserta para wanita – 3000 selir Sang Shogun Muda.
( Lembah Kiso, 1861 )
Gadis cilik bernama Sachi (=kebahagiaan) telah
menginjak usia sebelas tahun, namun dirinya masih terlihat berbeda dibandingkan
dengan anak-anak seusianya. Jika anak-anak lain bermata cokelat atau hitam,
warna mata Sachi hijau tua, tubuhnya begitu ringkih dan kurus dengan warna
kulit putih bening dan pucat, sedangkan anak-anak lain tampak kuat dengan kulit
kecokelatan layaknya anak-anak petani. Namun Sachi tidak terlalu memperdulikan
hal tersebut apalagi kedua orang tua angkatnya sangat menyayangi dirinya.
Jiroemon – ayah Sachi sebagai keturunan
samurai yang menjabat sebagai kepala Desa Kiso, sibuk dengan persiapan
menyambut kedatangan rombongan Yang Mulia Putri Kazu, adik Kaisar – Sang Putra Langit, yang akan melewati
Nakasendo (jalan raya yang menghubungkan Kyoto dan Edo yang dibangun pada
abad ke-7) menuju Kastil Edo untuk menjadi pengantin sang Shogun. Tanpa ada
yang menduga bahwa pada hari kedatangan Sang Putri di penginapan milik
Jiroemon, maka saat itu pula nasib dan masa depan Sachi telah menanti. Sachi
diambil sebagai dayang Putri Kazu yang akan menetap selamanya di Kastil Edo.
Sachi harus meninggalkan Jiroemon dan Otawa, kedua orang tua beserta kedua
adiknya yang masih kecil, menuju kehidupan yang sama sekali baru – saat itu ia
berusia sebelas tahun.
( Kastil Edo, 1865 )
[ source ] |
Tanpa terasa sudah empat tahun berlalu
sejak Sachi diambil sebagai dayang. Saat ini kedudukannya sebagai dayang
kesayangan Putri Kazu, membuat ia mengetahui seluk beluk kehidupan di Ooku-Aula Dalam, istana para
perempuan terhormat Kastil Edo. Ia juga mengetahui bahwa sang putri terpaksa
menjadi mempelai shogun dan meninggalka tunangan yang dicintainya, seorang
pangeran kekaisaran. Namun Sachi masih muda dan polos, tidak mengetahui alasan
sebenarnya saat ia - putri petani desa mendapat perhatian khusus dari sang
putri dan dibawa masuk ke dalam Kastil Edo. Maka ia yang sekarang dipanggil
sebagai Lady Yuri ( = berarti ‘bunga lili putih’ ) mengikuti semua petunjuk
serta latihan keras yang diberikan dalam pengawasan Lady Tsuguko-kepala dayang
Putri Kazu, untuk membentuk dirinya menjadi wanita terhormat layaknya penghuni Ooku.
Dan pada saat yang telah tepat, Lady
Yuri dipilih langsung oleh sang shogun sebagai selir-nya. Tanpa sepengetahuan Sachi/Lady Yuri,
kepedihan hati Putri Kazu yang direnggut kebahagiaannya dengan menjadi mempelai
shogun, tidak mampu merelakan dirinya untuk ‘berserah’ pada shogun, hingga ia
melihat wajah Sachi di desa persinggahan. Maka direncanakan agar Lady Yuri
diterima sebagai persembahan pengganti Putri Kazu pada sang shogun-Lord Iemochi. Hal tersebut sekaligus jalan guna
membalas perlakuan dari Lady Tensho-in, sang Ibu Suri ( janda shogun terdahulu
& ibu angkat shogun muda ), yang sejak awal kedatangan Yang Mulia Putri
Kazu telah menunjukkan bahwa dirinya yang paling berkuasa di dalam istana
perempuan Kastil Edo, bahkan merendahkan kedudukan Putri Kazu sebagai saudara
Sang Putra Langit.
Keberhasilan Sachi menjadi Lady
Oyuri-Nyonya Ruang Samping, selir resmi Yang Mulia Shogun, membuat dirinya
semakin kesepian dan harus senantiasa waspada terhadap orang-orang yang iri
dan ingin menjatuhkan dirinya. Serangan dan tekanan baik mental maupun secara
fisik harus diterima terutama saat kepergian Yang Mulia Shogun ke Osaka untuk
memadamkan pemberontakan. Hanya didampingi oleh Lady Takiko ‘Taki’ dayang &
sahabatnya serta bimbingan Haru – guru para dayang yang mampu membuat Sachi
bertahan … dan ada sesuatu yang dapat dinantikan, kedatangan surat yang membawa
kabar dari sang shogun muda : Kiku-sama,
satu-satunya pria yang telah menempati hatinya.
Dan suatu hari tanpa diduga – awan
gelap menaungi Kastil Edo : sang shogun meninggal dunia karena penyakit
misterius. Kematian yang tidak wajar menimbulkan desas-desus bahwa dalang utama
dibalik peristiwa itu adalah Lord Yoshinobu, sepupu Lord Iemochi yang langsung
mengganti kedudukan sebagai kepala Klan Tokugawa dan sebagai shogun baru.
( Kastil Edo, 1867 )
[ source ] |
Sudah setahun berlalu sejak wafatnya
Lord Iemochi, Sachi sekarang dijuluki Mantan Selir Lady Shoko-in. Dan pada
tahun tersebut, Lord Yoshinobu sebagai shogun baru namun berdiam di Osaka, mengejutkan banyak pihak
terutama dari kalangan Klan Tokugawa saat mengundurkan dirinya dari status
penguasa shogun dan menyerahkan kekuasaan kembali ke tangan sang Putra
Langit-Tenno-sama, yang baru berusia
limabelas tahun, putra Kaisar terdahulu yang mangkat dan merupakan kemenakan
Putri Kazu.
Kaisar baru yang masih belia serta
mudah dipengaruhi, meninggalnya sang Shogun-Lord Iemochi sebagai penerus Klan
Tokugawa yang berkuasa dan penyerahan kekuasaan oleh Lord Yoshinobu, membawa angin
bagi pemberontakan-pemberontakan yang dipelopori oleh klan-klan dari wilayah
selatan yang menentang pemerintahan di bawah Klan Tokugawa dan mereka
merencanakan merebut kekuasaan dengan bantuan ‘kaum barbar’ (=bangsa Inggris) yang mempersenjatai mereka dengan
senjata api (= pistol/senapan/meriam dengan mesiu).
Peperangan pun tak dapat dielakkan, di
mana-mana muncul kerusuhan yang menyusahkan rakyat, perang antar samurai
membela tuan masing-masing bahkan bermunculan ronin-ronin (=samurai tak bertuan) yang mengatas-namakan
pengembalian kekuasaan pada pihak yang berhak, antara sang Putra Langit dengan
Klan Tokugawa. Dan para penghuni Kastil Edo pun, sebagai lambang kekuasaan Klan
Tokugawa menjadi sasaran utama penyerbuan.
Pada saat penyerangan, demi melindungi
Putri Kazu yang hendak dijadikan sandera, maka Sachi/Lady Shoko-in menyamar
menggantikan Putri Kazu keluar dari wilayah Kastil Edo guna menarik perhatian
para pemberontak. Nyawa Sachi berada di ujung tanduk saat rombongan
pengiringnya diserang, sebelum muncul pertolongan dari rombongan ronin pengikut
Klan Tokugawa. Dan saat itulah titik balik dalam kehidupan Sachi dimulai,
dengan munculnya Lady Takiko yang dengan setia diam-diam mengikutinya dan
bersama-sama mereka menuju pelarian didampingi para ronin yang bernama
Toranosuke, Shinzaemon dan Tatsuemon.
Demikianlah kisah pembuka tokoh ‘Sachi’
: di mana pada awalnya dia adalah sosok rakyat jelata yang diangkat dalam
kehidupan yang lebih tinggi dan dianggap bermartabat
tinggi -sebagai selir pilihan shogun. Namun perang membawa pengaruh budaya yang
berbeda dalam kehidupan adat-istiadat masyarakat Jepang yang masih membedakan
manusia berdasarkan status sosial. Dalam perang baik rakyat jelata maupun
bangsawan menjadi sosok-sosok yang tidak jelas, keserakahan, kegetiran,
pengkhianatan bermunculan di mana-mana, namun juga mengeluarkan hal-hal terbaik
dari manusia : kesetiaan, akal-budi dan kasih sayang mampu menjembatani
perbedaan waktu dan jarak yang digambarkan lewat sosok wanita muda bernama
Sachi.
[ source ] |
Sekali lagi dalam budaya yang
merendahkan derajat wanita di strata kehidupan sosial – sosok yang tampak tak
berdaya ternyata mampu bertahan dalam kondisi terburuk sekalipun. Bagaimana
Sachi mampu selamat dalam perang yang brutal, melihat kematian demi kematian
orang-orang yang dikasihi, atau saat menghadapi kenyataan bahwa latar belakang
dirinya ternyata rumit & membawa skandal yang dianggap ‘tabu’ pada jaman
tersebut, namun dengan usia yang masih muda, dia mampu melihat dengan kebijakan
dan
pemahaman yang berbeda. Bagaimana ia ‘jatuh-cinta’
pada pria yang dianggap lebih rendah statusnya ( terutama pergolakkan batin
antara tanggung jawabnya sebagai janda Terhormat Shogun dengan panggilan
nalurinya sebagai wanita muda belia ).
Bagaimana pula saat ayah kandungnya muncul
setelah bertahun-tahun lenyap meninggalkan bayi Sachi yang baru lahir & ia
bekerja sebagai sekutu pihak musuh Klan Tokugawa. Atau bagaimana ia berusaha
‘membantu’ Taki yang jatuh cinta pada pria yang ternyata berhubungan dengan
pria lain ( ternyata homoseksual juga telah ada di era tersebut ). Bagaimana pula saat era modernisasi akhirnya
memasuki kehidupan masyarakat Jepang …
bahkan seorang pria asing dari Inggris – kaum yang disebutnya sebagai
bangsa ‘barbar’ , ternyata memiliki pengetahuan serta daya tarik tersendiri
bagi hati Sachi, hingga Edwards menawarkan ‘cincin pertunangan’ pada dirinya
dengan kelembutan & kesopanan yang tak pernah ditemuinya pada pria-pria
Jepang …
Dalam setiap bagian selalu muncul
kejadian-kejadian yang mungkin pernah kita dengar, namun membaca ulasan yang
disampaikan oleh penulis secara gamblang – mau tidak mau membuat pembaca akan
terkesima. Misalnya saat gadis Sachi yang baru
berusia lima belas tahun menjalani ‘malam pertama’ dengan shogun dengan
dikelilingi minimal 4 wanita tetua yang wajib melihat / mendengarkan peristiwa
tersebut (waduuh … no privacy at all, apalagi sebelumnya Sachi menjalani
pemeriksaan fisik secara intensif terutama organ kewanitaannya , jika zaman
sekarang bisa dianggap setengah pelecehan seksual).
Bahkan setengah
tuntas tugasnya (karena shogun segera berangkat ke medan pertempuran), Sachi
senantiasa diingatkan berulang-kali bahwa dirinya bukan apa-apa melainkan sekedar rahim yang disewa ( dalam
hal ini oleh perintah Putri Kazu-Permaisuri Pilihan Shogun yang tak rela
memberikan keturunan secara langsung bagi Shogun ) dan nilai akan dirinya hanya
akan diangkat lebih tinggi jika telah memberikan keturunan bagi sang Shogun (yang terjadi tak dapat terlaksana sehingga garis keturunan dari Lord Iemochi
terputus).
[ source ] |
Juga keheranan Sachi terhadap Edwards
yang mengaku diperintah oleh seorang wanita (Ratu Inggris), belum lagi
perlakuan-perlakuan yang merupakan kesopanan semata seorang pria terhadap
wanita : membantu naik kereta, memberi salam dengan mencium tangan, menuntun dan
mempersilahkan wanita berjalan di depan pria (di Jepang yang juga masih
berlaku pada saat ini - dimana posisi wanita terhormat adalah di belakang pria,
apalagi jika ia adalah suaminya) … jadi membayangkan pria tinggi besar
berjalan di belakang wanita mungil vs pria kecil / lebih pendek dan
gempal berjalan dengan langkah-langkah panjang disusul oleh wanita mungil yang
berusaha mengikuti langkahnya di belakang, tidak boleh terlalu dekat namun juga
tidak boleh tertinggal (suatu pemandangan yang kontras)
Sungguh suatu kisah yang mengharu-birukan, kisah sejarah yang
dibawakan dengan lugas, manis, bahkan dengan gaya bahasa yang berkesan ‘sopan’
seakan-akan tokoh Sachi sendiri yang menulis kisah ini … maka segera buka lembaran buku ini,
jangan khawatir dengan ketebalannya, karena dijamin anda tak akan dapat
berhenti sebelum lembaran terakhir tuntas dibaca !!
~ syair
perjumpaan-perpisahan-pertemuan dua insan manusia ~
“From long agoThough I had heard to meetCould only meant to partYet I gave myself to youForgetful of the coming dawn”
"Hajime yoriAu wa wakare toKikinagaraAkatsuki shiradeHito o koikeri"
“Dari dulu aku tahuBahwa pertemuanHanya bisa berarti perpisahanNamun aku menyerahkan diriku padamuTerlupa akan fajar yang datang menyergap”
Tentang Penulis :
Lesley Downer lahir dari ibu keturunan
Cina-Canada dan ayah seorang professor bidang
literature Cina. Maka tidak heran sejak kecil ia telah dikelilingi berbagai
kebudayaan Asia. Namun Jepang-lah yang menjadi kecintaan pribadinya, sehingga
sebagian besar waktunya dihabiskan tinggal atau pulang-pergi di Jepang. Saat
ini Lesley telah menikah dengan Arthur I. Miller-seorang penulis pula dan
mereka tinggal di Inggris. The Last Concubine merupakan novelnya
yang pertama. [ Website : Lesley Downer ]
Best Regards,
No comments:
Post a Comment
Thank's for visiting & don't forget to leave your marks on comment form. Looking forward for your input & your next visit soon (^_^)
Terima kasih telah berkunjung & silahkan tinggalkan jejak berupa komentar, saran serta inputan. Kami tunggu kunjungan berikutnya (^_^)